Selasa, 06 Februari 2018

27 hari kepergian mu


gk ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox dihp ku
Gk ada lagi sapamu  yang membuncah riuh di telingaku.
Tak ada lagi genggaman tanganmu yang menguatkan setiap langkahku.
Tak ada lagi pelukanmu yang meredam segala kecemasan.
Tanpamu... semua berbeda dan tak lagi sama.
Aku membuka mata dan berharap hari-hariku berjalan seperti biasanya, walau tanpamu, walau tak ada kamu yang memenuhi hari-hariku.
Seringkali aku terbiasa melirik ke layar hp, namun tak ada lagi ucapan darimu dengan beberapa emote kiss yang memasok energiku.
Dan ketika ku sadari sudah terbelokir
Pagi yang berbeda, Ada sesuatu yang hilang.
Namun, aku harus menjalani semua aktivitasku, seperti biasa, kamu tentu tahu itu.
Dulu, kamu memang selalu mengerti kegiatan dan rutinitasku.
Namun, sekarang tak ada lagi kamu yang berperan aktif dalam siang dan malamku.
Tak ada lagi pesan singkat yang mengingatkan untuk menjaga pola makan menjaga kesehatan ataupun mengingatkan tentang ibadah. Jangan lupa sholat bie...!!!!!
Bukan masalah besar memang, aku bisa sendiri dan sangat tahu hal-hal yang harusnya aku lakukan.
Tapi... kamu tentu tahu, tak mudah mengikhlaskan perpisahan.
Rasa ini begitu absurd dan sulit untuk dideskripsikan. Kamu membawa jiwaku melayang ke negeri antah-berantah, dan mengasingkan aku ke dunia yang bahkan tak kuketahui.
Aku bercermin, memerhatikan setiap lekuk wajahku dan tubuhku.
Aku tak mengenal sosok di dalam cermin itu.
Tak ada aku dalam cermin yang kuperhatikan sejak tadi. Aku berbeda dan tidak lagi mengenal siapa diriku. Seseorang yang kukenal di dalam tubuhku kini menghilang secara magis setelah kepergian kamu.
Kamu merampas habis cinta yang kupunya, melarikannya ke suatu tempat yang sulit kujangkau.
Entah di mana aku bisa menemukan diriku yang telah hilang itu.
Entah bagaimana caranya mengembalikan sosok yang kukenal itu ke dalam tubuhku.
Aku kebingungan dan kehilangan arah.
Ingin rasanya aku melempari segala macam benda agar bisa memecahkan kaca itu.
Agar aku tak bisa lagi melihat diriku yang tak lagi kukenal. Agar aku tak perlu menyadari perubahan yang begitu besar terjadi setelah kehilangan kamu.
Aku bisa berhenti memercayai cinta jika terlalu sering tenggelam dalam rasa frustasi seperti ini.
Siksaanmu terlalu besar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan semua rasa sakit yang telah ku sebabkan sendiri.
Aku benci pada perpisahan.
Entah mengapa dalam peristiwa itu harus ada yang terluka, sementara yang lainnya bisa saja bahagia ataupun tertawa.
Kita seperti saling menyakiti, tanpa tahu apa yang patut dibenci. Kita seperti saling memendam dendam, tanpa tahu apa yang harus dipermasalahkan.
Aku menangis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar cinta.
Kamu tertawa sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya, atas dasar... entah harus kusebut apa. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang terlampau rumit itu.
Aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam telah melupakan tiap bab yang sudah kita lalui bersama.
Bagaimana mungkin aku harus menyebut semua adalah wujud kesetiaan? Begitu sulitnya aku melupakanmu, dan begitu mudahnya kamu melupakanku.
Jam berganti hari, dan semua berputar... tetap berotasi. Aku jalani hidupku, tentu saja tanpa kamu.
Kamu lanjutkan hidupmu, entahlah aku pun tak tau apa yang kamu perbuat di sana.
Bersedih kah bahagia kah..
Aku tak menyangka,  Begitu gampangnya kamu melupakan semua yang telah terjadi.
Aku hanya ingin tahu isi otakmu saja, apa kamu tak pernah memikirkan mendung yang semakin menghitam di hatiku...???
Atau... mungkin saja tak punya hati...???
Tak banyak hal yang bisa kulakukan, selain mengikhlaskan.
Tak ada hal yang mampu kuperjuangkan, selain membiarkanmu pergi dan tak berharap kamu menorehkan luka lagi.
Aku hanya berusaha menikmati luka, hingga aku terbiasa dan akan menganggapnya tak ada.
Kepergianmu yang tak beralasan, kehilangan yang begitu menyakitkan, telah menjadi candu yang kunikmati sakitnya.
Aku mulai suka air mata yang seringkali jatuh untukmu. Aku mulai menikmati saat-saat napasku sesak ketika mengingatmu. Aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang kauciptakan selama ini.
Terima kasih.....
Dengan luka seperti ini. Dengan rasa sakit sedalam ini. Aku jadi tambah sering menulis. Lebih banyak dari biasanya.
Aku semakin percaya, bahwa sang puisi mungkin butuh rasa sakit agar ia bisa menulis banyak hal.
Sama seperti aku, butuh rasa sakit agar bisa lancar menulis... terutama bercerita tentangmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak loe buat gue
Klik di atas ☝

Catatan terakhir qhu

Kau yang pernah hadir lalu pergi

Apa kabar.....????  Udah lama kita gk ketemu, jangankan ketemu yaa....!!! wa inbok jha gk....???  Phi..... Tenang jha kok,  Aku maklumi i...